Kesuksesan film Three Idiots telah berhasil membuat harum reputasi Bollywood khususnya di kancah perfilman Internasional hingga menjadi buah bibir. Drama komedi ini rilis tahun 2009 hasil garapan Rajkumar Hirani berkolaborasi dengan aktor berbakat Aamir Khan, menjadi sebuah formula ajaib yang mampu merajai genre komedi sepanjang tahun tersebut.
Mengisahkan lika-liku tiga sekawan yang menjalani kehidupan sehari – hari sebagai seorang mahasiswa pada umumnya sekilah terdengar biasa saja. Namun ketika anda menontonnya, di pertengahan durasi barulah terlihat bahwa film ini begitu cerdas melempar humor satir tentang rusaknya sistem pendidikan di India akibat himpitan tekanan sosial.
Para kritikus ternama dari seluruh dunia memuji film Three Idiots slot gacor hari ini semenjak pertama kali perilisannya bertepatan hari raya natal 25 Desember 2009 silam. Three Idiots juga meraih prestasi sebagai film dengan penghasilan tertinggi pada pekan pertama penayangannya di negara asal pembuatan sebagian besar adegan yaitu India.
Tak hanya merambah ke Hollywood, Three Idiots juga berhasil mencuri perhatian pasar Asia Timur seperti misalnya China serta Jepang. Pendapatan kotor dari seluruh penjuru dunia cukup mengejutkan, yaitu sekitaran 90 juta dolar Amerika Serikat, menjadikannya film India berpendapatan kotor tertinggi pada masanya. Bahkan film ini juga diam diam di pasarkan melalui untuk menyasar pangsa pasar kelas kebawah.
Kesuksesan Film Three Idiots Berkat Naskah Cerita Brilian
Kesuksesan film Three Idiots tak lepas dari naskah ceritanya yang brilian, karena dapat mengawinkan realita pahit dengan unsur komedi yang kental. Film ini juga sangat berarti bagi negara India karena berhasil meningkatkan kepopuleran film Bollywood yang selama ini hanya identik dengan percintaan, balas dendam, tari – tarian, dan roman picisan.
Alkisah, hiduplah seorang mahasiswa bernama Farhan Qureshi serta Raju Rastogi di mana keduanya sama-sama berkuliah di Imperial College, New Delhi. Jurusan teknik yang mereka ambil membuatnya jadi merasakan betapa keras perjuangan maupun iklim kompetitif terbalut dalam sebuah budaya pendidikan yang terlanjur korup.
Kedua mahasiswa ini sama sekali tidak menikmati jurusan pendidikan yang mereka ambil, melainkan lebih karena sebuah keterpaksaan maupun tuntutan hidup. Farhan sebetulnya memiliki passion terhadap seni fotografi khususnya satwa liar, namun sang ayah memaksanya untuk mengambil jurusan teknik karena dirasa lebih menjamin masa depan.
Pada lain kesempatan, Raju berasal dari latar belakang keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan sehingga bertekad untuk meraih kesuksesan. Ia sangat yakin, bahwa jurusan teknik dapat menjadi jalan keluarnya untuk naik ke tahap lebih terhormat yaitu menjadi orang sukses dan bergelimangan harta.
Kedua remaja yang gemar bermain judi di situs idn poker ini bertemu dengan Rancho, teman sekamar di asrama, yang sangat bertolak belakang karena memang sangat antusias terhadap jurusan ini. Rancho seringkali beradu pendapat dengan direktur di kampus tersebut, dan merasa bahwa metode pengajaran di universitas tempatnya berkuliah sangat kaku dan menghambat kreatifitas mahasiswa.
Banjir Pujian Dari Kritikus India Hingga Mancanegara
Salah seorang pengamat film India yaitu Subhash Jha mengungkapkan pendapatnya bahwa kesuksesan film Three Idiots bukanlah karena ia sempurna. Sebagai sebuah karya seni, film Three Idiots termasuk dalam jenis kontemporer yang sangat vital karena berhasil memberikan inspirasi terhadap kehidupan bermasyarakat khususnya penduduk India.
Berdasarkan kisah nyata, Three Idiots berhasil mengangkat fenomena bunuh diri yang kerap terjadi oleh sejumlah mahasiswa akibat tertekan oleh tingginya standar kurikulum pelajaran. Kisah tiga pemuda dalam film tersebut menyiratkan pesan moral bahwa kita tidak boleh tinggal diam dan pasrah dengan stigma yang terlanjur mengakar dalam kebudayaan masyarakat selama bertahun – tahun.
Beberapa pengamat film di mancanegara juga turut melontarkan pujian terhadap Three Idiots meski dikatakan masih ada sejumlah kekurangan. Fase awal terasa begitu lambat, karena terlalu banyak hal yang mesti diperkenalkan sebelum sampai kepada klimaks agar penonton tidak kebingungan nantinya.
Akan tetapi, terjadi sedikit blunder karena para penonton kebanyakan merasa jenuh sebab terlalu banyak penjelasan dari awal hingga ke pertengahan durasi. Untungnya, sutradara berhasil membayarkan semua rasa jenuh tersebut dengan penutupan yang sangat emosional dan menggugah perasaan di akhir babak kedua. Walau begitu mereka juga akan tetap mendapatkan dukungan penuh pemain judi slot online indonesia dari situs yang sangat menyukai film ini.